Light novel ini sih pertama kali diterbitin di Indonesia sekitar pertengahan tahun 2013 lalu ya, berarti udah 1 tahun yang lalu kira-kira.
Judulnya Penguin Summer. Ini dia, jeng jeng jeng---
Kalo mau liat sampulnya yang jernih, ini nih
Uhum... jadi, gue mau ngomentarin tampilan fisiknya dulu ya..
Light novel ini bisa dibilang LN pertama yang diterbitkan di Indo oleh penerbit Shining Rose Media yang ternyata juga menggarap LN ini sebagai proyek pertamanya. Sekarang sih udah ada LN lain terbitan Shining Rose Media, yaitu Candid dan Leena's World Map, dan pasti akan terus bertambah seiring tahun.
Pertama kali gue ngeliat buku ini adalah pas gue ke Gramed bareng temen-temen gue di bulan Juli yang lalu, udah agak lama juga sih kalo diliat dari tanggal sekarang.
Buku ini ada di rak novel-novel versi Inggris (tapi ada beberapa juga yang versi Indonesia, termasuk LN-LN mungil ini), dan nggak sengaja gue liat pas gue lagi milah-milah novel sehabis belanja manga kesukaan. Gue sih awalnya kaget plus heran, kok ada sih buku sekecil ini, ditambah kavernya style anime Jepang BANGET. Langsung dong ya gue tertarik, dan baca summary-nya, tapi pas itu gue udah nggak bisa ngurangin jumlah buku yang mau dibeli supaya duit gue cukup buat beli itu LN, jadinya, pembelian gue ditunda.
Sebelum ke Gramed lagi, gue memutuskan sebaiknya browsing dulu soal itu LN. Gue ini orangnya udah terlalu banyak menghabiskan uang buat beli buku tanpa nyari tahu dulu apakah buku itu bagus atau enggak, jadi ada beberapa juga yang terbengkalai nggak gue baca padahal udah beli mahal-mahal. Nah, berhubung itu LN mungil harganya udah mahal buat orang kayak gue (Rp 50.000,00), jadi gue nggak pengen menyesal. Taunya udah beli, eh taunya isinya jelek.
(karena jujur, gue jarang melirik novel-novel Jepang sebelum ini, gue udah punya mindset kalo novel yang bagus itu pasti novel barat, tapi gue sekarang berusaha menghilangkan mindset itu dan mulai terbuka buat semua jenis novel, kecuali novel Indonesia yang gue masih belom bisa terlalu terima. Bukannya ngerendahin, tapi, yah... gue emang masih ragu gara-gara hampir semua novel Indonesia yang gue beli isinya kurang menarik dan endingnya kadang nggak jelas, meski gue tau, pasti banyak novel Indonesia yang bisa gue sejajarkan dengan beberapa judul novel barat yang gue suka).
Jadi, gue pun mencari review pembaca di goodreads, situs yang cukup terpercaya buat nyari rekomendasi buku bagus atau nyari review dari suatu buku, karena kebanyakan yang memberi review atau ulasan itu adalah orang-orang yang menekuni hobi membaca buku sejak lama dan bisa gue bilang orang-orang kayak gitu sih pasti punya taste yang bagus soal buku. Jadi gue percaya aja, karena setiap ulasan juga nggak membahas kelebihan LN ini, melainkan juga kekurangannya, jadi penilaian objektif lah ya.
Pas udah mantep pengen beli, gue pun capcus ke Gramed dan beli itu LN. Pas gue buka di rumah, agak kaget juga, kok ada jaket kavernya seperti manga Hai, Miiko! edisi premium jilid 26. Dan ada beberapa page yang full color berisi ilustrasi dari masing-masing tokoh yang berperan penting dalam buku tersebut, jadi setidaknya, kita bisa punya gambaran soal rupa visual dari masing-masing tokoh yang berlaga.
Dan seperti yang gue bilang, buku ini punya ukuran mini yang pas buat dibawa ke mana-mana. Tebel bukunya sih menurut gue normal lah ya, kurang lebih 300 halaman, isinya ada 7 chapter.
Kavernya emang luar bisa menarik perhatian, terutama buat yang penyuka anime. Oh ya, penulis LN ini Mutsuduka Akira dengan ilustrasi yang digambar oleh Shino.
Itu soal tampilan fisik LN, kali ini, gue bakal sedikit mengulas isinya tanpa sebisa mungkin membuat spoiler.
Menurut gue, Penguin Summer ini punya alur cerita yang cukup kompleks, seperti yang orang kebanyakan berpendapat.
Genre-nya yang ditetapkan oleh sang penulis sendiri adalah sci-fi atau science fiction, horror, dan romance, meski opini gue berkata, bahwa di LN ini, hampir nggak ada unsur yang bisa disebut sebagai "horror" but, itu dari penulisnya, jadi gue tulis aja lah ya.
Dan soal inti cerita, yang bisa gue simpulkan setelah membaca habis LN ini dalam waktu kurang dari 1 hari saking penasarannya, adalah tentang legenda Kota Shirokobe yang cuma muter-muter soal Kubinashi-sama, Setan Rambut Putih, and so many things that you can't imagine before you read this LN.
Oke, gue berusaha bersikap realistis. Di chapter awal-awal, sumpah gue bingung. Dia nyeritain apa? Dan, well... banyak banget hal absurd yang dituangkan sang penulis di LN ini, yang mungkin kalo gue boleh sedikit berpendapat soal bagaimana seharusnya genre ini ditetapkan, akan lebih pas kalo genre fantasy lah yang mewakili semua keseluruhan cerita.
Dan mulai chapter 2, penjelasan kompleks soal bagaimana legenda tersebut berkembang di masyarakat dimulai, dan penjelasan itu dirangkai dengan sedemikian rupa, dan kemudian, setelah kita membaca isi chapter tersebut sampai habis, kita jadi seketika berpikir bahwa "benarkah memang ada legenda Kubinashi-sama di Jepang?"
Apa yang membuat kita bisa berpikir kayak gitu?
Yeah, apa lagi kalo bukan penjelasannya yang bener-bener detail dan realistis, seolah-olah, memang legenda tersebut memang ada dan hanya diceritakan ulang di dalam LN tersebut. Gila.
By the way, sebelum membahas lebih lanjut, gue pengen menjabarkan perasaan gue pas baca ini LN.
Di chapter 1, gue agak sedikit kurang srek dengan percakapan yang berkesan memakai bahasa sehari-hari yang santai, ditambah ada semacam sfx yang menurut gue nggak terlalu perlu ditambahkan di dalam percakapan, apalagi, gue memandang ini sebagai novel. I mean, itu malah jadi aneh. Tapi semakin lama semakin ke belakang, gue mulai menyadari kalo sfx itu memang cukup diperlukan dan percakapan santai nan nggak baku itu emang disesuaikan.
Perasaan gue yang lebih spesifik pas baca LN ini adalah; apakah gue baru aja nonton anime?
Well, kenyataannya, gue mulai merasa bisa masuk ke dalam dunia yang diciptakan oleh sang penulis dan mulai berselancar di dalamnya, ikut menjiwai, seperti yang selama ini gue rasakan ketika gue nnton suatu anime. Lo tau kan, rasanya itu kayak... kita bisa membayangkan seluruhnya. Kalo di anime sih emang udah ada tampilan visualnya ya, kalo di LN... coba lo pikir, apakah lo terkadang bisa membayangkan masing-masing tempat yang dideskripsikan di suatu novel? Apakah lo bisa membayangkan bagaimana suasana serta apa yang dilakukan sang tokoh yang telah dideskripsikan di dalam novel? Gue yakin, tanpa deskripsi yang cukup detail dan mudah dipahami soal itu semua, kita nggak akan bisa membayangkan semua itu dalam waktu singkat. Jadi intinya, kita sebenernya tidak 'sekedar' membaca novel, tapi novel yang bagus seharusnya juga ikut mengajak pembaca masuk ke dalam cerita tersebut dan ikut menikmatinya.
And, yea, Mutsuduka Akira-sama melakukannya. Seakan, jadi tuh, kayak kita terhisap masuk ke dalam dunia tersebut. Dunia fantasi, di mana semuanya dapat terjadi.
Dan ending dari LN ini tidak terduga, masih penuh misteri, masih banyak pertanyaan di dalam kepala yang belum terjawab. IMO, sang penulisnya berusaha membuat kita menerka-nerka sendiri apa yang terjadi dengan semuanya. Karena, di saat kita sedang menikmati ceritanya dan seolah 'menagih' jawaban atas sekian banyak misteri seputar legenda di Kota Shirokobe, tiba-tiba, kita sudah menemui halaman terakhir, di mana jawaban atas pertanyaan itu nggak ada. Jadi, kita seperti berpikir "hah? Udah selesai aja nih?" Dan akhirnya fantasi kita sendirilah yang bertindak 'menuntaskan' apa yang belum tuntas. Tapi meski begitu, gue lebih suka membiarkan endingnya seperti itu, karena setelah gue pikir-pikir lagi, biarkanlah Kubinashi-sama dan segala macam hal misterius itu HANYA tetap menjadi sebuah legenda Kota Shirokobe yang takkan pernah terkuak kebenarannya, yang tentu saja akan semakin berkembang, lebih dibumbui oleh penduduk Kota Shirokobe, lebih di'modifikasi' lagi, dan pada akhirnya, ada di satu masa di mana sudah terlalu banyak petunjuk yang ada (yang sebenernya hanya bagian dari modifikasi penduduk Kota Shirokobe yang terdahulu), dan beberapa orang yang tertarik akan legenda tersebut mencoba untuk membuat hipotesa, berbagai teori seperti yang dilakukan orang-orang terdahulu di Shirokobe, dan menemukan jawaban yang (mungkin) masih sedikit terasa absurd.
So, kata-kata penutup gue untuk ulasan tentang buku gue ini adalah, "YOU MUST BUY AND READ IT." Jangan pernah berhenti baca, apalagi di pertengahan chapter, karena lo tentu saja gabisa berhenti gitu aja, karena semakin banyaknya misteri dan juga semakin banyak kejadian aneh, yang membuat lo kepo berat dan pengen tahu kelanjutan sekaligus endingnya.
Rate akhir buat ceritanya : 8 / 10 [karena alurnya nggak mainstream, kompleks, dan... finally gue jadi pengen LN ini dapet adaptasi anime-nya, haha...]
Dan... ugh... akhirnya, gue berterima kasih pada penerbit Shining Rose Media yang udah mengawali proyek mereka dengan suatu karya yang manis, menawan, dan keren. Semoga proyek-proyek selanjutnya juga bisa digarap. Dan gue setengah berharap Shining Rose Media bakal mohon lisensi untuk mentranslasi dan menerbitkan LN-nya sang master, Ryohgo Narita, yang pasti lo udah tau dong itu apa. Yup, Baccano! dan Durarara!!